KEKASIH PUTIH
Dulu Setelah genap sebulan aku jadian dengan Tara, aku semakin yakin kalau aku nggak salah pilih dan benar-benar sudah menemukan belahan jiwaku, cinta sejatiku, cahaya hidupku, Tara adalah segalanya bagiku. Aku mencintai dia dan akan selalu menyayangi dia untuk selamanya. Saat ini aku merasa puas karena penantian, dan usahaku selama ini berbuah kebahagiaan.
Telah sekian lama aku merasa menanti Tara menjadi milikku seutuhnya. Akhirnya,cerita cintaku saat ini sudah happy ending, tingal sekarang aku dan Tara yang menjalaninya. Dulu kami sering sekali bertengkar, hanya karena hal-hal kecil, kadang kami sampai ribut nggak menentu. Dulu sebagai teman, kami memang bukan teman yang cocok, kami saling menjatuhkan dan saling membenci. Tapi sekarang, benar kata orang-orang, kalau kamu membenci seseorang janganlah kamu sampai terlalu, dan hasilnya sekarang perasaan itu menjadi kebalikan bagi aku dan Tara, justru kami sekarang saling mencintai dan menyayangi. Tapi yang jelas, aku juga nggak mau kehilangan Tara, aku takut juga kalau aku terlalu mencintai dan menyayangi dia, bisa jadi aku dan dia akan terpisahkan.
“Hei Lia, kamu lagi ngapain? aku kangen deh sama kamu..”Tanya Tara padaku
“Halo Tara, kan baru kemarin kita ketemu, kamu gimana sih?”
“Lia, kamu baik-baik ya di sana, jaga diri kamu dan jangan pernah lupakan aku ya sayang.”
“Kamu ngomong apa sih Tara? Kamu ngigau ya?” penuh rasa tanya…
“Nggak, maksud aku yah kamu jangan macam-macam di sana, kan di SMP kamu banyak banget tuh cowok-cowok keren, ntar ada yang godain kamu lagi, trus kamu lupain aku.”
“Ha-ha.....ha-ha.... ya nggak dong sayang, aku nggak akan tergoda sama cowok-cowok di SMP ini, nggak ada yang kayak kamu di sini, dan yang aku mau tuh cuma kamu seorang.”
“Hei, kamu udah pintar ngegombal yah, siapa yang ajarin, ayo ngaku?”
“Tara, kamu apaan sih?! Udah deh, aku mau kamu kasih aku kepercayaan untuk berteman dengan teman-temanku. Asal kamu tau aku berterima kasih banget selama ini sama Tuhan karena aku udah bisa memiliki kamu.”
“Iya Lia, dan asal kamu tau juga cintaku lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan selama ini.”ucap Tara kepadaku
“Lia, kamu baik-baik ya di sana, jaga diri kamu dan jangan pernah lupakan aku ya sayang.”
“Kamu ngomong apa sih Tara? Kamu ngigau ya?” penuh rasa tanya…
“Nggak, maksud aku yah kamu jangan macam-macam di sana, kan di SMP kamu banyak banget tuh cowok-cowok keren, ntar ada yang godain kamu lagi, trus kamu lupain aku.”
“Ha-ha.....ha-ha.... ya nggak dong sayang, aku nggak akan tergoda sama cowok-cowok di SMP ini, nggak ada yang kayak kamu di sini, dan yang aku mau tuh cuma kamu seorang.”
“Hei, kamu udah pintar ngegombal yah, siapa yang ajarin, ayo ngaku?”
“Tara, kamu apaan sih?! Udah deh, aku mau kamu kasih aku kepercayaan untuk berteman dengan teman-temanku. Asal kamu tau aku berterima kasih banget selama ini sama Tuhan karena aku udah bisa memiliki kamu.”
“Iya Lia, dan asal kamu tau juga cintaku lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan selama ini.”ucap Tara kepadaku
Satu hal inilah yang selalu ditakutkan Tara, dia selalu bilang aku akan tergoda oleh cowok-cowok di SMP, sementara aku nggak begitu? Justru akulah yang paling takut Tara yang akan berpaling dariku, dia akan pergi meninggalkanku selamanya, dan cintanya hilang untukku. Tara sekarang sekolah di salah satu sekolah favorit di kota ini, sebagai cowok kalau kita melihatnya dengan kesan pertama, dia adalah cowok yang diimpi-impikan semua cewek, karena Tara punya segalanya, dengan modal wajah yang tampan, prilaku yang baik, sekolah disekolah favorit, akupun takut dia akan pergi dariku, kalau seandainya ada cewek yang lebih menarik dariku, lebih sederajat dengan dia.
Tara menggenggam tanganku erat sekali, aku merasakan kenyamanan saat dia memegang tanganku. Aku merasakan cintanya begitu kuat untukku. Saat kami masuk ke sebuah toko buku, Tara bilang dia akan membelikan aku sebuah buku sastra yang dulu sudah pernah dibacanya dan sekarang dia ingin aku juga membaca buku itu. Setelah Tara membayar buku tersebut, Tara langsung menyerahkannya padaku. Aku kaget membaca sinopsisnya, ternyata buku itu berisi tentang kekuatan cinta yang tulus, yang akhirnya terpisahkan oleh maut, dan bagaimana sakitnya hati seorang kekasih saat menghadapi peristiwa kematian itu.
Tara menggenggam tanganku erat sekali, aku merasakan kenyamanan saat dia memegang tanganku. Aku merasakan cintanya begitu kuat untukku. Saat kami masuk ke sebuah toko buku, Tara bilang dia akan membelikan aku sebuah buku sastra yang dulu sudah pernah dibacanya dan sekarang dia ingin aku juga membaca buku itu. Setelah Tara membayar buku tersebut, Tara langsung menyerahkannya padaku. Aku kaget membaca sinopsisnya, ternyata buku itu berisi tentang kekuatan cinta yang tulus, yang akhirnya terpisahkan oleh maut, dan bagaimana sakitnya hati seorang kekasih saat menghadapi peristiwa kematian itu.
“Tara, kenapa kamu kasih aku buku kayak gini?”penuh rasa tanya
dihatiku
“Lia, aku pengen banget kamu baca buku ini, karena kalau kamu
“Lia, aku pengen banget kamu baca buku ini, karena kalau kamu
baca buku ini, kamu berartinya orang yang mencintai kamu pokoknya ceritanya bagus deh, kamu pasti nggak bakalan nyesal kalau baca buku ini, dan setelah membacanya, aku juga yakin
kamu akan semakin sayang sama aku, he-he... he-he ...”
“Ih, kamu!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin sayang sama kamu.”
“Eh, benaran, percaya deh sama aku. Kalau nggak, ntar kamu boleh musuhin aku lagi deh kayak dulu.”,.,.kata Tara
“Tara!! Kamu ngomong apaan sih, ya udah-udah, aku baca bukunya, kamu kira aku bakalan senang yah kalau kita musuhan lagi.”dengan wajah sebel,.,.,.
“Ih, kamu!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin sayang sama kamu.”
“Eh, benaran, percaya deh sama aku. Kalau nggak, ntar kamu boleh musuhin aku lagi deh kayak dulu.”,.,.kata Tara
“Tara!! Kamu ngomong apaan sih, ya udah-udah, aku baca bukunya, kamu kira aku bakalan senang yah kalau kita musuhan lagi.”dengan wajah sebel,.,.,.
****
Tara aneh sekali hari ini. Tadi siang dia ngomong yang nggak-nggak di telpon, dan malam ini dia juga menyuruhku membaca buku yang isinya aneh, tentang kematian. Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang, kata kematian terasa terngiang-ngiang di telingaku.
Entah kenapa aku semakin ketakutan, takut akan kematian, takut akan kehilangan.
Peganganku semakin aku kuatkan ke pinggang Tara, aku peluk pungungnya dan aku sandarkan wajahku ke sana. Aku merasakan lagi kalau aku bersama Tara, saat ini mungkin Tara sedang tersenyum karena dia merasakan cintaku besar untuknya.
Sambil mengendarai motornya, sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihatku, Tara seperti orang yang was-was. Aneh, di sepanjang jalan aku terus kepikiran. Setiba dirumah, malam itu aq nggak bisa tidur, nggak tau kenapa rasanya takut akan sebuah kematian,tapi akhirnya mata ini tertutup juga meski hati ini nggak tenang. Aku terbangun dari tidurku lalu aku sholat subuh. Tidak lama kemudian terdengar bunyi keras dan goncangan hebat membuat aku kaget, nggak hanya goncangan, tapi sakit yang luar biasa di kepalaku, aku merasakan pusing serasa dunia ini berputar sangat kencang sekali, penglihatanku kabur, aku berusaha untuk menyadarkan diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi.setelah aku agak sadar ternyata terjadi sebuah gempa berpotensi tsunami dengan berkekuatan 5 skala richter.
Sambil mengendarai motornya, sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihatku, Tara seperti orang yang was-was. Aneh, di sepanjang jalan aku terus kepikiran. Setiba dirumah, malam itu aq nggak bisa tidur, nggak tau kenapa rasanya takut akan sebuah kematian,tapi akhirnya mata ini tertutup juga meski hati ini nggak tenang. Aku terbangun dari tidurku lalu aku sholat subuh. Tidak lama kemudian terdengar bunyi keras dan goncangan hebat membuat aku kaget, nggak hanya goncangan, tapi sakit yang luar biasa di kepalaku, aku merasakan pusing serasa dunia ini berputar sangat kencang sekali, penglihatanku kabur, aku berusaha untuk menyadarkan diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi.setelah aku agak sadar ternyata terjadi sebuah gempa berpotensi tsunami dengan berkekuatan 5 skala richter.
Setelah gempa berhenti nggak tau kenapa pikiran aku hanya tertuju pada Tara, perasaanku nggak enak banget rasanya,dan akhirnya aku berlari secepat mungkin kerumah Tara, tanpa memikirkan rasa sakit yang ada dikepalaku. Setiba dirumah Tara, aku hanya melihat puing-puing rumah yang hancur, dan sudah rata dengan tanah, semuanya sudah hancur. Tiba-tiba aku melihat Tara yang sedang tidur dengan tertindih tembok besar rumahnya, samar-samar aku melihatnya seolah-olah dia tidur nyenyak, aku merasa mimpi, mana mungkin Tara tidur dengan tertindih tembok, perasaan baru tadi aku boncengan dengan dia. Aku berjalan mendekati dia, dan aku memegang erat tangannya, dia bilang sama aku
Aku akan selalu menyayangimu Lia,aku tidak akan pernah melupakanmu, cinta dan kasih sayangku,
hanya untukmu seorang Lia, I LOVE YOU FOREVER
itu kata-kata yang Tara ucapkan ke aku, setelah itu aku merasa semakin kesakitan, aku nggak kuat lagi dan akhirnya yang aku lihat hanya kegelapan.
“Lia, kamu nggak apa-apa sayang, ini Mbak Nita.” Dengan
“Lia, kamu nggak apa-apa sayang, ini Mbak Nita.” Dengan
keadaan setengah sadar.Aku pandangi wajah Mbak Nita. Dia
seperti orang yang ketakutan, aku melihat sekelilingku,
tiba-tiba aku baru sadar, selintas kejadian tadi malam teringat lagi olehku.
“Mbak Nita, Tara mana? Dia baik-baik aja kan?” penuh dengan rasa cemas dan khawatir.
“Mbak Nita, Tara mana? Dia baik-baik aja kan?” penuh dengan rasa cemas dan khawatir.
“Lia, nanti aja, kamu istirahat dulu, kamu masih sakit sayang.” ucap Mbak Nita.
“Nggak Mbak, Lia nggak merasa sakit apa-apa, sekarang Lia mau lihat Tara, dimana dia Mbak?”kataku,,,,,,,
“Lia, luka kamu belum kering betul, tadi kamu terus-terusan ngigau kalau kamu ngerasain sakit.”
“Mbak, Lia nggak ngerasa sakit, benaran, nggak tau kenapa Lia ngerasa sehat dan kuat Mbak, sekarang pokoknya Lia mau ketemu Tara, pasti saat ini dia butuhin Lia banget.”ucapku dengan penuh rasa cemas
“Lia, saat ini Tara nggak butuh siapa-siapa lagi, dia udah aman Lia, dia udah tenangdi sana, sekarang udah bahagia dengan kehidupannya sendiri, ada yang menjaga dia di sana.”ucap Mbak Nita.
“Nggak Mbak, Lia nggak merasa sakit apa-apa, sekarang Lia mau lihat Tara, dimana dia Mbak?”kataku,,,,,,,
“Lia, luka kamu belum kering betul, tadi kamu terus-terusan ngigau kalau kamu ngerasain sakit.”
“Mbak, Lia nggak ngerasa sakit, benaran, nggak tau kenapa Lia ngerasa sehat dan kuat Mbak, sekarang pokoknya Lia mau ketemu Tara, pasti saat ini dia butuhin Lia banget.”ucapku dengan penuh rasa cemas
“Lia, saat ini Tara nggak butuh siapa-siapa lagi, dia udah aman Lia, dia udah tenangdi sana, sekarang udah bahagia dengan kehidupannya sendiri, ada yang menjaga dia di sana.”ucap Mbak Nita.
“Apa? Apa Mbak, maksud Mbak Nita apa? Mbak Nita bohong!! Lia nggak percaya,nggak mungkin, nggak mungkin itu terjadi sama Tara, dia udah janji Mbak nggak akan pernah ninggalin Lia,
dia sayang Lia, lia sayang Tara Mbak nggak, nggak mungkin....ucapku dengan penuh rasa tidak percaya
****
Teriakanku membuat semua suster datang ke tempatku, mereka berusaha menenangkanku, tapi aku nggak bisa, air mataku mengalir terus tiada hentinya, salah seorang suster baru saja akan memberiku suntikan penenang, tapi cepat-cepat aku elakkan.
“Tolong jangan suster, saat ini aku nggak butuh itu, aku hanya ingin menangis, aku nggak rela, aku marah sama Tara, kenapa dia berani pergi ninggalin aku, padahal dulu dia udah janji nggak akan pernah pergi dariku, tapi kenapa Tara bohong, kenapa sekarang justru dia pergi selamanya, dan aku tau dia nggak akan pernah kembali lagi kan untukku? Kenapa kamu tinggalin aku Tara?”ucapku dengan penuh rasa menyesal dan sedih akan kehilangan.
“Lia, ini udah takdirnya, waktu Tara udah habis di dunia, kamu jangan pernah marah sama Tara sayang .Kamu harus yakin kalau sekarang Tara udah bahagia di sana.”ucap Mbak Nita
“Lia, ini udah takdirnya, waktu Tara udah habis di dunia, kamu jangan pernah marah sama Tara sayang .Kamu harus yakin kalau sekarang Tara udah bahagia di sana.”ucap Mbak Nita
“Mbak, kenapa justru Tara, kenapa buka Lia aja yang ada di sana? Lia mau kok Mbak, Menggantikan Tara, karena Lia sayang sama Tara Mbak, atau biarkan Lia untuk bersama dia sekarang, Lia pengen menyusul dia Mbak, Lia nggak mau hidup di dunia ini tanpa dia, percuma Mbak, percuma kalau nggak ada Tara di sini, hidup Lia nggak ada arti apa-apa.”kataku dengan penuh rasa pedih dan tak mau kehilangan.
Dengan cepat suster-suster itu memegang seluruh tubuhku, dan sesaat kemudian aku tertidur, di alam mimpi Tara datang padaku. Dengan pakaian yang serba putih Bayu tersenyum padaku, dia berjalan mendekatiku, dia kelihatan senang sekali, seolah-olah dia mendapatkan kebahagiaan yang baru, yang tiada duanya di dunia, melihat Tara terus-terusan tersenyum, rasanya aku ingin sekali ikut bersama dia, ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Aku berusaha memeluknya dan menggenggam tangannya, dia membalas pelukanku, dia mendekapku, kembali aku merasakan kenyamanan bersamanya, aku merasakan dia memberiku kekuatan, ketegaran, dia membelai rambutku dengan penuh rasa sayang, tapi pelan-pelan dia melepaskanku, dia justru menjauh dariku, semakin jauh, jauh dan hilang dari penglihatanku.
Saat aku sadar, aku menangis lagi, aku bukan menangis karena menahan sakit pada kepalaku, tapi aku menangis karena hatiku yang terasa amat sakit. Sekarang dunia bagiku terasa kelam, hujan nggak hanya membasahi bumi, tapi hujan membasahi kehidupanku, hatiku seolah-olah nggak berhenti menangis, menangisi orang yang telah pergi untuk selama-lamanya, dia nggak akan pernah kembali lagi.
Tiba-tiba mataku tertuju pada buku yang ada di atas meja, aku baru ingat kalau itu adalah buku yang dibelikan Tara kemarin. Aku buka satu demi satu halaman buku itu, beberapa menit kemudian aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menangis membaca buku itu, sekilas aku seolah-olah melihat wajah Tara tersenyum di langit yang mendung di luar sana.
Entah kenapa sekarang aku kembali merasakan kekuatan itu, kekuatan cinta yang diberikan oleh Tara, aku merasakan dia ada di dekatku, merangkulku, menenangkanku, aku dapat merasakan cinta dan sayangnya. Tara, aku sangat mencintai dan menyayangi kamu, aku yakin kamu bahagia di sana, walaupun kamu sudah pergi dari kehidupanku, tapi kamu nggak akan pernah pergi dari hatiku, kamu abadi untukku, Tara. Aku akan buktikan, kematianmu nggak akan pernah mengakhiri cintaku.
Saat aku sadar, aku menangis lagi, aku bukan menangis karena menahan sakit pada kepalaku, tapi aku menangis karena hatiku yang terasa amat sakit. Sekarang dunia bagiku terasa kelam, hujan nggak hanya membasahi bumi, tapi hujan membasahi kehidupanku, hatiku seolah-olah nggak berhenti menangis, menangisi orang yang telah pergi untuk selama-lamanya, dia nggak akan pernah kembali lagi.
Tiba-tiba mataku tertuju pada buku yang ada di atas meja, aku baru ingat kalau itu adalah buku yang dibelikan Tara kemarin. Aku buka satu demi satu halaman buku itu, beberapa menit kemudian aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menangis membaca buku itu, sekilas aku seolah-olah melihat wajah Tara tersenyum di langit yang mendung di luar sana.
Entah kenapa sekarang aku kembali merasakan kekuatan itu, kekuatan cinta yang diberikan oleh Tara, aku merasakan dia ada di dekatku, merangkulku, menenangkanku, aku dapat merasakan cinta dan sayangnya. Tara, aku sangat mencintai dan menyayangi kamu, aku yakin kamu bahagia di sana, walaupun kamu sudah pergi dari kehidupanku, tapi kamu nggak akan pernah pergi dari hatiku, kamu abadi untukku, Tara. Aku akan buktikan, kematianmu nggak akan pernah mengakhiri cintaku.
SELAMAT JALAN KEKASIH PUTIHKU
ALM.ALEXANDER RIZKY DIANTARA
0 komentar:
Posting Komentar